Wednesday, 27 April 2016

Kemiskinan

Jika perekonomian kita berputar maka tidak akan ada lagi yang namanya pengangguran. Pengangguran yang disebabkan tidak adanya lapangan pekerjaan, mengakibatkan meningkatnya pengangguran yang berdampak terhadap kemiskinan. Kemiskinan inilah yang menjadi salah satu akibat semakin banyaknya pengemis di Indonesia khususnya di Aceh dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Para pengemis yang memilih jalan mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang serba kekurangan. Pengemis dengan berbagai macam model yang dapat kita jumpai di jalanan dan tempat keramaian manapun, para pengemis yang tidak menghiraukan lagi sabda Rasulullah bahwa "tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah" beliau menyebut tentang sedekah dan menahan diri untuk meminta minta. Malahan sekarang semakin banyaknya orang yang memilih jalan mencari nafkah dengan meminta minta, walaupun sebenarnya sebagian dari  mereka tau bahwa meminta minta itu merupakan perbuatan yang hina, dan mungkin karna keterbatasan ilmu ada juga yang tidak mengetahui bahwa mengemis itu merupakan perbuatan yang hina.Mereka memilih jalan dengan mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang serba kekurangan . Tapi tak jarang kita temui para pengemis yang sebenarnya dia memiliki kemampuan untuk bekerja selain meminta minta, kebanyakan mereka memilih jalan mengemis karna dengan mengemis mereka menghasilkan pendapatan dengan mudah dan tidak sedikit, hanya dengan duduk saja tanpa melakukan pekerjaan apapun. Ada juga para pengemis yang memiliki keterbatasan fisik, yang serba kekurangan, sampai masyarakat awam sangat iba melihatnya dan seharusnya orang seperti ini tidak untuk mengemis melainkan berikan kepada ia fasilitas yang selayaknya untuk dia dapatkan. 

Seperti pengamatan saya kali ini, yaitu saya mengamati pengemis yang berada di dalam perkarangan Mesjid Baiturrahman Banda Aceh, pada hari Rabu sekitar pukul 11 siang , saya mengamati dua orang pengemis yang berada di dalam perkarangan Mesjid Baiturrahman Kota Banda Aceh. 
Saya mendapat gambaran bahwa pengemis yang pertama berusia sekitar 40 tahun, tubuhnya yang kurus dan sebelah matanya yang tidak normal, mengakibatkan sedikit menyulitkannya dalam melihat melihat, serta ditambah lagi ketidak jelasannya dalam pengucapan kata-kata sehingga menyulitkan lawan bicaranya untuk memahami apa yang di katakannya.ia mengenakan baju berwarna kuning, rok kain, dan mengenakan jilbab kurung berwarna coklat serta mengenakan swallow. Beliau mengemis seorang diri dengan membawa timba kecil berwarna hijau, metode yang dilakukannya ketika mengimis ialah dengan cara jongkok sambil bersandar ke dinding di halaman Mesjid. Saya dan teman saya sempat mencoba untuk berbicara dengan beliau, akan tetapi ia melihat sinis kepada kami, sehingga saya dan teman saya pun tidak melanjutkannya dan beranjak pergi.Ketika saya amati beberapa menit, tiba-tiba ia pun beranjak pergi dan berjalan layaknya orang normal. 

Dan selanjutnya saya mengamati seorang bapak-bapak yang berada tidak jauh dari sang ibu-ibu pengemis yang saya amati sebelumnya. Bapak ini berumur sekitar 60 tahun, dengan tubuhnya yang tidak kurus dan tidak gemuk bisa dikatakan sedang-sedang saja, akan tetapi dia memiliki cacat pada kakinya, kakinya yang berukuran tidak normal mengakibatkan ia tidak dapat berjalan layaknya orang normal pada umumnya. Bapak ini mengemis seorang diri, dengan mengenakan peci berwarna putih, sarung yang terlipat rapi di pundak sebelah kanannya, baju berlengan panjang, sarung berwarna hijau,ember kecil berwarna orange serta dia tidak mengenakan alas kaki . Beliau hanya dapat menyeret-nyeret apabila ingin berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dengan keterbatasan yang demikian, beliau tetap memperlihatkan raut wajah yang baik dengan murah tersenyum kepada siapapun yang berada didekatnya, sehingga meyakinkan lagi saya bahwa beliau ini seorang yang tetap tersenyum dan bersyukur meski terdapat kekeruangan pada dirinya dan setiap orang yang melihatnya pun merasa iba dan tidak merasa menyesal ketika memberikannya sedekah.

Saya dan teman saya juga sempat berbincang-bincang dengan satpan yang berada di mesjid tersebut. Kami pun menanyakan kepada satpam seputar pengemis yang berada di mesjid Baiturrahman. Seperti pengakuan satpam tersebut bahwa kadang kala ada pengemis yang suka memaki apabila sedekah yang diberikan sedikit yaitu Rp.500, pengemis tersebut pun membuangnya dan beranjak pergi. Satpam juga mengaku bahwa para pengemis di mesjid raya diantar dengan sepeda motor, kadang-kadang pula dengan becak, begitu juga ketika pulang. Ada juga pengemis yang memang ketika azan langsung beranjak untuk solat dan ada juga pengemis yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai umat islam. Sebenarnya jika diamati masih banyak lagi pengemis yang berada di sekitaran mesjid Baiturrahman Banda Aceh, dengan berbagai macam versi dan modelnya.

Untuk mengatasi masalh semakin banyaknha lengemis di Aceh ini, peran pemerintah sangat diperlukan yaitu dengan memberikan peraturan yang khusus bagi para pengemis, peraturan-peraturan itu dimaksudkan agar mensejahterakan para pengemis serta memberikan bimbingan khusus kepada para pengemis. Pemerintah juga dapat memberikan lapangan pekerjaan yang layak bagi para pengemis. Masyarakat juga sangat berperan.Peran masyarakat yaitu membantu pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi pengemis, yang harus dilakukan ialah bukan menambah beban tapi menambah lapangan pekerjaan.Dengan demikian para pengemis dapat bekerja dengan pekerjaan yang layak baginya sehingga tidak ada lagi orang yang mengemis untuk  memenuhi kebutuhan hidupnya .

No comments:

Post a Comment

Pastubal squad

Alhamdulillah pada tanggal 8 Mei 2018, Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di kampung Pasi Tulak Bala Kec.Teunom Kab.Aceh Jaya berjalan denga...